Selasa, 17 April 2018

Menyusuri Mangrove Gunung Anyar - Amazonnya Surabaya

Menyusuri Mangrove Gunung Anyar - Amazonnya Surabaya

Panas dan jarak yang jauh tak menyurutkan keinginan ku untuk datang ke Eco Mangrove di Gunung Anyar Surabya kemarin (25/3/2018). Cukup dengan Rp 20.000 per orang atau Rp 100.000 per kelompok yaitu 5-6 orang, sudah bisa berkeliling dengan perahu nelayan menikmati pemandangan hutan bakau tersebut bak menikmati sugai Amazon seperti yang ada di televisi.
Perjalanan dimulai dari dermaga menuju gazebo yang ada di tengah area kawasan eco mangrove. Di tengah perjalanan kita akan menemukan kera yang bergelantungan di pohon juga disuguhkan pemandangan cantik oleh sekawanan burung Kuntul yang sedang mencari makan. Formasi terbang mereka cukup membuat takjub mata yang memandang.
Perjalanan menuju gazebo memakan waktu sekitar 30 menit dengan jarak tempuh sekitar 3-4 meter. Gazebo kecil ini memuat sekitar 20 orang. Kita bisa beristirahat sejenak ditempat ini sembari menikmati pemandangan sekitar. Lagi-lagi sekawanan burung Kuntul menjadi pemandangan indah di sini.
Di wilayah ini kita juga masih bisa melihat kegiatan warga yang sedang menjaring ikan. Kalau jeli, kita akan menemukan perangkap kepiting yang sudah terisi maupun kosong di pinggiran bakau. Yang sangat disayangkan, banyak sampah bertebaran di beberapa area. Hal itu sedikit menodai pemandangan indah kawasan ini. Semoga kedepannya ada tindakan pemerintah kota untuk membenahi masalah tersebut.

Kamis, 16 November 2017

Surabaya Heritage Track, Memori Ketika Menjadi Turis di Kota Sendiri


House Of Sampoerna


Surabaya Heritage Track, Memori Ketika Menjadi Turis di Kota Sendiri



Mau jalan-jalan gratis sambil belajar sejarah kota Surabaya? Cobain yuk naik salah satu bus pariwisata kota Surabaya satu ini! Surabaya Heritage Track.
Setelah sekian lama cuma "Pengen" naik bis ini, akhirnya terwujudlah keinginan itu. Ada libur kerja sehari sebelum Idul Adha 2017 menjadi kesempatan saya untuk naik bis tersebut.

Caranya gampang, tinggal datang langsung ke House of Sampoerna di jalan Taman Sampoerna No. 6 Krembangan Utara, Pabean Cantian, Surabaya. Kemudian kunjungi bagian reservasi untuk kemudian ditulis data diri kita. Berhubung saya datangnya hari efektif, jadi pengunjung yang ingin naik bis ini sepi. Beda halnya kalau weekend, pasti full boked.

Bis ini beroperasi hari Selasa-Minggu dengan rute dan jadwal berbeda tiap weekday dan weekend. Jadwal ini bisa dilihat di https://houseofsampoerna.museum/e_sht_main.htm. Sengaja saya pilih rute siang, yaitu jam 13.00-14.00 ke Klenteng Hok Ang Kiong dan Museum Bank Mandiri.

Ditemani rekan saya Izzah dan Anita (LS), satu jam itu cukup menambah pengetahuan tentang dua tempat yang sudah dikunjungi. Sepanjang perjalanan pun kita akan diberitahu pula tentang beberapa bangunan dan tempat-tempat yang dilewati oleh guide yang berpengalaman.

Satu jam berlalu, sebenarnya ingin kembali naik rute berikutnya. Namun, di awal perjalanan sudah dijelaskan kalau satu orang hanya boleh naik satu rute saja. Kecewa sih pada awalnya, namun keberuntungan berpihak pada saya. Jumlah pengunjung yang sedikit membuat saya dan Mbak Izzah (Mbak Anita kali ini tidak bisa ikut) diperbolehkan mengikuti rute selanjutnya yaitu Kantor Pos Kebon Rojo-Gereja Kepanjen-Museum De Javasche Bank pukul 15.00-16.30. Sayangnya untuk rute ini tidak bisa mengambil gambar karena gadget sedang lowbat.

Rihlah, perjalanan singkat kali ini menunjukkan kuasa Ilahi dari sudut sejarah dan arsitektur jaman dahulu. Apapun bentuknya pastilah ada kelebihan dan kekurangan. Karena kesempurnaan hanya milik Sang Penguasa jagad raya saja. Bersyukur bisa refreshing gratis sambil belajar tanpa harus jauh-jauh ke luar kota. Tidak hanya turis domestik saja yang berminat, ada juga turis dari luar negeri yang ikut menikmati perjalanan dengan bis ini.

Yuk, coba wisata gratis ini! Bisa ajak anak-anak juga loh untuk menambah pengetahuan mereka.


~A Memory~


Menunggu keberangkatan bis


Suasana di dalam bis yang bersih dan nyaman


Klenteng tertua di Surabaya


Di dalam Museum Bank Mandiri


Spot foto di HOS


Spot Foto di HOS







Rabu, 15 November 2017

Aku, Mereka dan Kelas Bahasa

Aku, Mereka danKelas Bahasa



Hai dunia, aku hanya manusia biasa.
Namun aku punya kawan-kawan yang luar biasa.
Mereka bukan ilmuwan, juga bukan pahlawan.
Namun dari mereka aku belajar ketulusan.
Aku juga belajar setia kawan.
Bersama mereka aku belajar sabar.
Menahan sakitnya ditertawakan.
Menahan amarah saat dikucilkan.
Bertahan bersama di kelas buangan.
Kelas yang selalu disepelekan.
Di kelas ini aku dalami berbahasa negara.
Di kelas ini aku belajar indahnya sastra.
Dari kelas ini pula aku tau rumitnya beberapa bahasa dunia.
Memperkaya wawasan, walau bukan kelas unggulan.
Aku menemukan emas di kubangan.
Emas yang harusnya dipoles, bukan ditelantarkan.
Hanya karena berada di tempat tak seharusnya.
Andai saja dunia membuka mata.
Bahwa aku dan penghuni kelasku bukanlah hantu.
Aku dan mereka adalah manusia sempurna.
Yang mendambakan rasa adil dan kenyamanan.
Ah, ternyata semua hanya impian.
Kini tak ada lagi kelas buangan.
Hanya mereka yang terjebak masa lalu.
Yang tau bagaimana rasanya berada di dalamnya.




Surabaya, 14 Juli 2017

Pelangi di Kelas Bahasa

Pelangi di KelasBahasa


Pernahkah kalian terjebak dalam kelas antah berantah?
Dimana penghuninya adalah manusia luar biasa.
Jangan bayangkan mereka bisa merubah pakaiannya dalam sekejap mata.
Namun mereka primadona ternama.
Iya, aku disini, bersama mereka.
Di kelas yang katanya kelas buangan, kelas bahasa.
Takjub karena penghuninya yang tak biasa.
Aku bukan siapa-siapa jika berhadapan dengan si ahli orasi yang lancar berbahasa utama dunia.
Aku tak berarti apa-apa, jika bersanding dengan si jenius yang menghitung matematika diluar kepala.
Aku tak berdaya jika bertanding dengan si atlet olahraga pujaan seluruh siswa.
Aku hanya bisa jadi penonton si pemilik suara emas nan cantik jelita.
Bahkan aku pun tak bisa berkata-kata ketika sang ketua OSIS ada di dalamnya.
Duniaku dipenuhi pelangi.
Beragam karakter dan perangai berbaur di dalamnya.
Hariku berlalu dipenuhi warna bersama mereka.
Kadang ingin teriak kesal, tertawa terbahak, menangis sesenggukan.
Bersama mereka mendalami bahasa negara dengan sastranya.
Bersama mereka mempelajari budaya dan keanekaragaman Indonesia.
Bersama mereka melatih lidah dengan bahasa yang tak biasa.
Aku sudah terbiasa pada akhirnya.
Tak lagi gemetar saat guru bersuara.
Mengeluh, marah, mencaci, bahkan menghina.
Kejadian yang menjadi keseharian dalam tiap cerita.
Aku menengok ke arah sasarannya.
Merasakan sakit diperlakukan tak semestinya.
Karena di kelas ini aku bagian dari mereka.
Aku tau mereka hanya ingin dimengerti.
Aku paham jika mereka ingin diperhatikan.
Karena penghuni kelas ini juga ingin belajar.
Sama seperti kelas yang lain yang disanjung dan dipuja.
Jika kalian menjadi penghuni di dalamnya.
Kalian akan tau bahwa ada persahabatan tulus di setiap individunya.
Sayangnya, memori kelas ini hanya akan jadi cerita.
Karena di masa mendatang tak akan lagi ada gemanya.
Tertelan oleh kepentingan beberapa penguasa.




Surabaya, 14 Juli 2017

Pergi Membawa Hati

Pergi Membawa Hati


Maafkan aku wahai hati.
Membiarkanmu kembali tergores luka yang sama.
Aku sudah memperingatkanmu.
Aku sudah berdebat denganmu.
Namun kau tetap acuh.
Aku tau kau ingin bersarang di hatinya.
Namun, seharusnya bukan dia.
Bukan padanya kau tertambat.
Karena tak ada ruang untukmu di sana.
Tuhan, bolehkah aku pergi?
Membawa hatiku yang kembali teriris.
Menghilang bersama laju sang waktu.
Berlari jauh dari luka lama yang tertoreh lagi.
Entah sampai kapan.
Mungkin hingga hati ini siap tersenyum menyapa dunia.
Karena aku hanya manusia biasa.
Bukan malaikat yang tak mengerti luka.


Surabaya, 06 Agustus 2017



Melepas Rasa


Dalam diam aku menyerah, lelah.
Berharap benih kasihmu tumbuh mekar.
Namun hanya tandus yang terlihat.
Aku melangkah mengikutimu.
Ternyata hanya bayanganmu.
Aku menatapmu.
Kau berpaling.
Aku mengejarmu.
Kau menghidar, jauh.
Namamu terukir.
Namaku tak pernah kau pikir.
Kuselipkan kamu dalam doaku.
Kamu selipkan dia dalam doamu.
Aku hanya debu yang tak terlihat.
Lewat, terhempas angin.
Ingin memeluk erat rasa ini hingga takdir Tuhan berkehendak.
Namun tak kuasa ketika melihatmu pergi.
Siapalah aku?
Tak pantas berharap bersanding denganmu.
Akhirnya, ku lepas rasa ini menguap ke langit.
Menyatu dengan awan.
Membiarkannya jatuh bersama hujan.
Dengan begitu aku bisa bebas.
Meski aku tak pernah jadi pilihan.


Surabaya, 06 Agustus 2017

Senja Tanpa Hadirmu


Senjaku kini tak lagi jingga.
Ronanya tertelan mendung pekat.
Namun aku masih di sini, tak bergeming.
Berbalut sepi berselimut dingin.
Karena hanya pada senja aku bisa berkaca.
Senja tetaplah senja.
Tak peduli apa yang terjadi di awal hari.
Ia akan tetap hadir walau tanpa jingga.
Ia memberitahu bahwa aku akan baik-baik saja tanpamu.
Kamu yang telah hadir membawa pelangi dalam hatiku.
Kamu yang mengisi hariku dengan penuh harapan.
Harapan untuk bersama menikmati senja sampai ujung usia.
Namun aku harus merelakan mu menikmati senja tanpa aku.
Pedih rasanya, tapi harus kunikmati.
Setidaknya saat ini aku masih bersama senjaku.
Jika tidak esok, kuharap lusa aku bisa melihat senjaku bersama jingganya.
Dengan begitu aku tau bahwa aku masih bisa melalui hariku tanpa hadirmu.





Surabaya, 06 Agustus 2017

Menyusuri Mangrove Gunung Anyar - Amazonnya Surabaya

Menyusuri Mangrove Gunung Anyar - Amazonnya Surabaya Panas dan jarak yang jauh tak menyurutkan keinginan ku untuk datang ke Eco Mangrove d...