Selasa, 07 November 2017

Surabaya bak Eropa, A Memory Trip with Love Suroboyo Community

Menara Jam Kantor Gubernur Jawa Timur, Jl. Pahlawan 110

photo from : Komunitas Love Suroboyo

Surabaya bak Eropa, A Memory Trip with Love Suroboyo Community


Menggeliat, jalanan Surabaya Minggu pagi ini ramai. Walau tak sepadat hari efektif. Dingin menusuk tulang masih dengan flu yang menemaniku. Bersama mbak Anis, menuju ke lokasi blusukan kampung eropa komunitas Love Suroboyo. WA sudah mulai ramai dengan pertanyaan "Sudah ada yang di lokasi?" atau "Aku disini. kalian dimana?" tanya seorang peserta blusukan.

Jalan Pahlawan, Minggu pagi ramainya luar biasa. Tempat ini menjadi salah satu destinasi untuk sekedar jalan-jalan, belanja, atau olah raga warga Surabaya. Mbak Anis memilih untuk parkir di tugu Pahlawan kemudian kami menuju titik kumpul yang sudah disepakati. Titik kumpul yang tadinya ditentukan di seberang kantor gubernur, ramai. Tandak bedes atau topeng monyet mengambil alih tempat tersebut. Alhasil peserta blusukan hanya mendapat tempat di sebuah sudutnya saja.

Waktu terus bergulir, satu persatu peserta hadir sampai panitia menggiring ke halaman kantor gubernur. Pembukaan, sambutan panitia, juga sambutan ketua Love Suroboyo pun selesai satu persatu. 
Waktu menunjukkan pukul 8.00. Jam di atas menara berdentang. Sontak para peserta bersamaan melihat ke atas, pun juga aku.
Bapak pemandu berkata "Nanti kita naik ke menara itu!"
Aku menoleh padanya tak percaya, "Ke menara itu, Pak? Ke atas sana?"
"Iya." Sahut beliau.
Tadinya dengan kondisi fisik yang masih lemas, aku berniat untuk istirahat saja di suatu tempat, urung. Naik ke menara itu lebih membuatku tertarik. Aku bertekad untuk sampai di menara jam itu, apapun resikonya.

Masuk ke dalam kantor gubernur, arsitektur khas eropa sangat kental terlihat. Di dinding atas pintu masuk terpajang foto-foto gubernur yang menjabat mulai dari gubernur pertama hingga Pak De Karwo. Beberapa foto lawas pun juga terpajang apik di dinding sebelah utara. Di selatan nya terpajang patung Airlangga yang menambah kesan "Indonesia Banget". 
Masuk lebih dalam lagi pemandangan cantik terlihat. Taman cantik dengan air mancur membuat gedung ini jadi lebih segar rasanya. 

Dipandu oleh Pak Kris (Si Payung Merah), peserta blusukan menyusuri tiap ruang yang ada. Beberapa peserta terlihat menaiki atap gedung untuk mengambil spot foto yang apik. Sepertinya ada Pak Anton, Mas Koko dan beberapa lainnya. Aku lebih tertarik mengikuti alur blusukan saja. 

Saat yang ditunggu tiba. Peserta digiring menuju tangga menara. Beberapa memilih untuk tidak ikut naik, seram. Awalnya tangga yang terbuat dari semen berkeramik menyambut, tak ada yang spesial, baru kemudian terlihat tangga yang disusun dari rangkaian besi tipis. Jika kita menaiki tangga tersebut akan terlihat jelas pemandangan di bawahnya.
"Kalau naik sih tidak masalah, turunnya yang bikin pusing," ucap cak Kris.
Beberapa tangga sudah kujajaki, wow. Dag dig dug rasanya melihat ke bawah dari sela-sela tangga. Apalagi pegangan tangga yang licin, membuat adrenalin berpacu. 

Beberapa anak tangga sudah terlewati. Tiba di pemberhentian awal sebelum naik lagi ke puncak menara. Atap luas di bawah menara jam dimanfaatkan untuk mengambil gambar. Dari sini terlihat pemandangan tugu Pahlawan juga lanskap kota Surabaya yang menakjubkan. Perjalanan kemudian di lanjutkan kembali menuju menara jam.

Sampai di satu lantai di bawah kotak jam, pemandangan dibawah semakin membuat darah berdesir, namun juga membuat takjub. Taman dibawah terlihat sangat cantik. Aku dan peserta blusukan berkesempatan naik untuk melihat mesin jam. Mesin buatan belanda ini tetap berfungsi dengan baik meskipun sudah berpuluh-puluh tahun lamanya. Tentu saja dengan perawatan intensif.

Aku tidak menuruti jejak Mas Alif yang berani naik lebih ke atas lagi, tempat jarum jam. Namun bukan berarti aku tidak berani untuk naik ke depan menara jam. Sampai disana puas rasanya melihat pemandangan kota dari ketinggian. Ngeri melihat ke bawah, Mas Abid pun tak berani rasanya. Puas mengambil gambar, saatnya kembali ke bawah. Saat turun pun ada beberapa orang yang bergidik ngeri sampai harharus pelan-pelan sekali menuruni anak tangga. Tapi tak ada insiden yang menimpa kami.

Sampai di bawah ternyata sudah ada Bunda Tri, selalu ramai dan menyenangkan jika ada beliau. Lihat saja, sesi pemotretan lucu sedang berlangsung. Bak Bu Risma bersama para ajudan, Bunda melenggang cantik ditemani beberapa anggota Love Suroboyo di belakang beliau kontan membuat tawa menyeruak saat itu juga. Sesi foto selanjutnya berlangsung di tangga dengan ikon airlangga. A nice shoot session. 
Setelah sesi pemotretan, saatnya menuju tugu 0 KM Surabaya yang terletak di pojok taman. Tugu ini dibuat untuk patokan menentukan garis-garis pembagian wilayah pada masa itu. Sayangnya letaknya yang tersembunyi membuat keberadaannya tak diketahui warga Surabaya.

Lanjut ke tujuan yang kedua, gedung penanaman modal. Di sini, kami digiring ke ruang karyawan yang lantainya membuat bulu kuduk merinding. Bagaimana tidak, berjalan di atas plafon lapisan kayu tipis, tak terbayangkan saat tiba-tiba lantai itu ambruk.
Pak Ody, sang pemadu pun bercerita kalau sering ada suara-suara dan cerita mistis di gedung ini. Apalagi di bawah kami berdiri adalah lantai dimana biasanya digunakan untuk dansa pada jaman Belanda. Kadang masih terdengar suara keramaian dan musik-musik mengalun di lantai bawah tersebut. Perjalanan hari ini berakhir dengan penyerahan merchandise pada pihak gedung penanaman modal.

Pengalaman hari ini tak kan pernah terlupakan. Kembali melihat arsitektur cantik peninggalan penjajah yang bertahan hingga saat ini. Berasa jalan-jalan di Eropa rasanya. Surabaya rasa Eropa, berasa jadi Noni Belanda beberapa jam saja.





Perpaduan sentuhan interior 

Memacu adrenalin di anak tangga menuju menara jam 

Tugu Pahlawan dilihat dari rooftop sebelum menara jam 

Lanskap kota Surabaya dilihat dari rooftop sebelum menara jam


 Taman di lihat dari atas menara jam

 Tugu 0 Km Surabaya

 Penyerahan Merchandise ke pihak Gedung Penanaman Modal

NB : Foto Dokumentasi berasal dari peserta blusukan komunitas Love Suroboyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menyusuri Mangrove Gunung Anyar - Amazonnya Surabaya

Menyusuri Mangrove Gunung Anyar - Amazonnya Surabaya Panas dan jarak yang jauh tak menyurutkan keinginan ku untuk datang ke Eco Mangrove d...